Menceritakan Sosok Pemimpin Dunia
Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi lahir 19 Juni 1945; umur 68 tahun) adalah seorang aktivis prodemokrasi Myanmar dan pemimpin National
League for Democracy (Persatuan Nasional untuk Demokrasi
atau NLD). Saat ini, ia menjadi tahanan rumah. Pada 1991, ia menerimaPenghargaan Nobel
Perdamaian karena
berjuang mempromosikan demokrasi di negaranya tanpa menggunakan kekerasan dalam
menentang kekuasaan rezim militer. Ia dibebaskan secara resmi oleh junta
militer Myanmar pada tanggal 13 November 2010 setelah mendekam sebagai tahanan
rumah selama 15 tahun dari 21 tahun masa penahanannya sejak pemilihan umum
tahun 1990.
Tidak heran kalau wanita kelahiran 19
Juni 1945 ini mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. Perjuangannya yang nggak ada
habisnya untuk menciptakan demokrasi di Myanmar tanpa kekerasan, berhasil
menarik perhatian dunia. Saking menginspirasinya, kisah hidup wanita ini
diangkat menjadi sebuah film berjudul The Lady yang dibintangi oleh Michelle
Yeoh.
Ternyata jiwa nasionalis dan kecintaannya terhadap negeri sendiri muncul dari keluarga Aung San Suu Kyi. Ayahnya, jenderal Aung San, adalah salah satu tokoh militer yang memperjuangkan kemerdekaan Myanmar dari Inggris. Aung San Suu Kyi menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negaranya untuk bersekolah dan menuntut ilmu. Dia sempat bekerja di PBB di Amerika Serikat lalu menikah dengan seorang peneliti kebudayaan Tibet, Michael Aris dan memiliki dua anak
Ternyata jiwa nasionalis dan kecintaannya terhadap negeri sendiri muncul dari keluarga Aung San Suu Kyi. Ayahnya, jenderal Aung San, adalah salah satu tokoh militer yang memperjuangkan kemerdekaan Myanmar dari Inggris. Aung San Suu Kyi menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negaranya untuk bersekolah dan menuntut ilmu. Dia sempat bekerja di PBB di Amerika Serikat lalu menikah dengan seorang peneliti kebudayaan Tibet, Michael Aris dan memiliki dua anak
Ketika kembali ke negaranya untuk menjenguk ibunya pada 1988, Aung
San Suu Kyi terjun ke dunia politik. Ia prihatin dengan sistem pemerintahan
Myanmar yang diktator dan mengekang. Ia pun bergabung dengan National League
for Democracy dan menjabat sebagai sekretaris jenderal. Aung San Suu Kyi aktif
meggelar orasi untuk meneriakkan kebebasan dan demokrasi, khususnya terhadap
pemerintah junta militer Myanmar saat itu. Hebatnya, semua usaha itu ia lakukan
dengan cara damai dan tanpa kekerasan seperti pedoman Mahatma Gandhi.
dengan cara damai dan tanpa kekerasan seperti pedoman Mahatma Gandhi.
Setahun setelah terjun ke politik, pemerintah junta militer
Myanmar memvonis Aung San Suu Kyi sebagai tahanan rumah di kota Rangoon karena
aktivitas politiknya yang dianggap membahayakan kekuasaan pemerintah. Tapi, ini
hanyalah penahanan pertama dari sekian banyak penahanan lainnya. Sejak tahun
1989 sampai 2011, Aung San Suu Kyi terus menerus ditahan dan dilepaskan.
Aung San Suu Kyi berkali-kali ditawarkan kebebasan, jika ia mau meninggalkan Myanmar dan kembali ke keluarganya di Inggris. Tapi, dia menolak untuk keluar dari Myanmar, karena takut nggak akan pernah bisa kembali lagi. Sejak penahanan pertamanya, dia hanya bertemu suaminya sebanyak lima kali sampai akhirnya semuanya meninggal dunia di London pada tahun 1999. Sampai sekarang, Aung San Suu Kyi masih terus berjuang untuk kebebasan dan demokrasi di Myanmar.
Nggak heran kalau dia mendapat banyak penghargaan atas perjuangan yang nggak ada habisnya ini. Selain hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991, Aung San Suu Kyi juga pernah mendapatkan Sakharov Prize dari Parlemen Eropa, United States Presidential Medal of Freedom, Jawaharlal Nehru Award dari India and Rafto Human Rights Prize.
Aung San Suu Kyi berkali-kali ditawarkan kebebasan, jika ia mau meninggalkan Myanmar dan kembali ke keluarganya di Inggris. Tapi, dia menolak untuk keluar dari Myanmar, karena takut nggak akan pernah bisa kembali lagi. Sejak penahanan pertamanya, dia hanya bertemu suaminya sebanyak lima kali sampai akhirnya semuanya meninggal dunia di London pada tahun 1999. Sampai sekarang, Aung San Suu Kyi masih terus berjuang untuk kebebasan dan demokrasi di Myanmar.
Nggak heran kalau dia mendapat banyak penghargaan atas perjuangan yang nggak ada habisnya ini. Selain hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991, Aung San Suu Kyi juga pernah mendapatkan Sakharov Prize dari Parlemen Eropa, United States Presidential Medal of Freedom, Jawaharlal Nehru Award dari India and Rafto Human Rights Prize.
Pemimpin oposisi Burma, Aung San Suu Kyi, sudah tiba
di Prancis, Selasa 26 Juni siang, untuk bertemu dengan Presiden Prancis,
Francois Hollande, dalam lawatan terakhirnya ke Eropa.
"Prancis
akan memberi penghormatan kepada perjuangan istimewa dari perempuan ini untuk
hak asasi manusia," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis,
Bernard Valero.
Selain melakukan pertemuan dengan
Presiden Hollande, Suu Kyi juga akan menghadiri jamuan makan malam di kediaman
resmi presiden Prancis, Istana Elysee.
Dalam kunjungan
tiga harinya di Prancis, dia akan menerima penghargaan yang diberikan pada
tahun 2004 sebagai warga kehormatan Paris dan menanam 'pohon kebebasan'.
Suu Kyi juga akan
menggelar diskusi dengan dengan para mahasiswa di Universitas Sorbonne di Paris
dan bertemu dengan para pegiat demokrasi Burma.
"Prancis
merupakan perlambang di banyak hati orang Burma," tutur Pierre Martial,
Ketua Asosiasi Aung San Suu Kyi kepada kantor berita Prancis, AFP.
"Prancis
tetap merupakan negara hak asasi dan negara yang paling banyak melakukan
mobilisasi untuknya," tambah Pierre.
Film The Lady
"Prancis akan memberi penghormatan
kepada perjuangan istimewa dari perempuan ini untuk hak asasi manusia."
Bernard Valero
Selama menjadi
tahanan rumah, Aung San Suu Kyi mendapat dukungan yang cukup besar dari
kalangan pegiat hak asasi manusia di Prancis.
Sebuah film yang
mengisahkan tentang perjalanan hidupnya dengan judul The Ladydiproduksi pada tahun
2011 oleh sutradara terkenal Prancis, Luc Besson, dengan bintang Michelle Yeoh.
Suu Kyi tiba di
Prancis dengan menggunakan kereta api dari London. Di Inggris, Suu Kyi menjadi
satu-satunya pemimpin yang bukan kepala pemerintahan yang berpidato di depan
parlemen.
Sebelumnya Suu
Kyi berkunjung ke Norwegia untuk menerima Nobel Perdamaian yang ia terima 20
tahun lalu ketika dia masih berada dalam tahanan rumah di zaman kekuasaan rezim
militer Burma.
Aung San Suu Kyi
terpilih sebagai anggota parlemen lewat pemilihan sela pada April 2012.
Tahun 2010, Burma
melakukan pemilihan umum pertama sebagai bagian dari proses transisi menuju
demokrasi. Sejak saat itu, pemerintah terpilih -yang didukung rezim militer-
menempuh sejumlah langkah, antara lain membebaskan para tahanan politik.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar